
Kabupaten Simeulue dengan ibukotanya Sinabang terletak di sebelah barat daya Provinsi Aceh, berjarak 105 mil laut dari Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Kabupaten Simeulue merupakan gugusan kepulauan yang terdiri dari 41 buah pulau besar dan kecil. Pulau yang terbesar adalah Pulau Simeulue yang yang panjangnya ± 100,2 Km dengan lebar berkisar antara 8 – 20 Km. Pulau Simeulue memiliki luas 199.502 Ha atau ± 94 % dari 212.512 Ha luas Kabupaten keseluruhan Kabupaten Simeulue. Pada tanggal 12 Oktober 1999 Kabupaten Simeulue sesuai dengan Undang – Undang nomor 48 tahun 1999 tentang pembentukan kabupaten Bireuen dan Simeulue.
Jumlah penduduk Kabupaten Simeulue sekitar 85.129 Jiwa, 19.032 KK yang tersebar dalam 8 kecamatan yang di dalamnya mencakup 11 Mukim dan 138 Desa, 409 Dusun, 77 desa di antaranya merupakan desa tertinggal (miskin) yang didiami oleh sekitar 68.217 jiwa.
Luas sawah di kabupaten ini tercatat 10.927 ha, namun yang baru dapat dikelola hanya sekitar 6.045 ha (56,61%) karena terbatasnya sumber air. Selain lahan sawah, luas tegalan yang ada saat ini mencapai 17.955 ha yang tersebar di delapan kecamatan.
Petani di pulau ini masih bercocok tanam secara tradisional dan masukan inovasi teknologi pengelolaan tanaman padi yang masih minim dengan produktivitas rata-rata 2,3 – 3,5 ton/ ha. Hasil perolehan tersebut masih sangat rendah jika dibandingkan produktivitas yang dicapai di kawasan pesisir seperti Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen serta Abdya yang rata-rata telah mencapai 7 – 8 ton/ha.
Berdasarkan pertimbangan itulah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Simeulue melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan sejak 2010 dengan melakukan demplot di tiga lokasi masing-masing Desa Suak Lamatan Kecamatan Teupah Selatan, Desa Blang Ujong Simeulue Tengah dan Desa Sambay Kecamatan Teluk Dalam, untuk meningkatkan produktivitas padi. “Para petani di Simeulue haus informasi dan teknologi bidang pertanian, kita harapkan melalui demplot yang dilakukan para petani bisa belajar untuk meningkatkan produktivitas padi,” ujar Ir Basri A. Bakar, MSi Kasi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian BPTP Aceh.
Dalam kerjasama tersebut, BPTP memperkenalkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah dengan mengintroduksi beberapa varietas unggul seperti Inpari 10, Ciherang, Cigeulis, Mendawak dan lain-lain. Selain itu juga diperkenalkan sistem tanam jurong (legowo) 2 : 1 dan penggunaan bibit muda. “Saat ini umur padi sudah 80 hari, dan cukup memuaskan,” tambah Basri yang mengaku sejak BPTP lahir baru tahun ini merambah Simeulue karena isolasi geografis dan alat transportasi ke wilayah tersebut yang kurang mendukung pada masa sebelumnya.
Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten selama tiga tahun, diharapkan mampu mengubah wajah pertanian Simeulue khususnya tanaman pangan sebagai wilayah yang berpotensi di bidang pertanian. Keberhasilan tersebut agaknya tak mampu dilakukan sendiri oleh BPTP namun perlu didukung oleh setiap komponen masyarakat terutama dinas terkait.
sumber : BTPD Aceh
0 komentar:
Post a Comment
Setiap komentar anda sangat berarti untuk de'o (baca: saya)kritik dan saran ditunggu ya..
Reaksi anda terhadap artikel de'o jangan lupa ya